Minggu, 07 April 2013

Bentuk-Bentuk utama dalam Terapi Supportive, Terapi Reeducative, Terapi Reconstructive


Terapi Supportive :
Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.
Psikoterapi suportif (atau supresif atau non spesifik)Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:
ü  Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya
ü    Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri. ( Maramis, 2005)
ü   Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan (Anonym , 2001)
ü  Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien  melakukan perubahan realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik (Tomb, 2004)
Penyembuhan psikoterapi supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya:
Ø  Bimbingan (Guidance)
Ø  Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
Ø  Pengutaraan dan penyaluran arah minat
Ø  Tekanan dan pemaksaan
Ø  Penebalan perasaan (Desensitization)
Ø  Penyaluran emosional
Ø  Sugesti
Ø  Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)


Terapi Reeducative :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri.
Cara-cara psikoterapi reduktif antara lain :
ü  Terapi hubungan antar manusi (relationship therapy)
ü  Terapi sikap (attitude therapy)
ü  Terapi wawancara ( interview therapy)
ü  Analisan dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf meyer)
ü  Konseling terapetik
ü  Terai case work
ü  Reconditioning
ü  Terapi kelompok yang reduktif
ü  Terapi somatic






Terapi Reconstuctive :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
Cara psikoterapi reconstructive :
Psikoanalisa freud dan Psikoanalisa non freud psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa dengan cara :
asosiasi bebas,
analisis mimpi,
hipoanalisa/sintesa,
narkoterapi,
terapi main,
terapi kelompok analitik.





Sabtu, 06 April 2013

PERBEDAAN ANTARA KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI


A.    Pengertian Psikologi Konseling
Pada zaman yang semakin berkembang ini, sering menghadapkan individu kepada persoalan persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan melewati tahap-tahap baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah problem untuk sebagian individu. Oleh karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan problem tersebut. Maka muncul sebuah solusi berupa psikologi konseling yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa pemberian informasi-informasi kepada individu yang mengalami problem-problem tersebut.
Secara bahasa Psikologi berasal dari 2 kata yaitu, psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara umum Psikologi lebih dikenal dengan arti Ilmu Jiwa. Namun, seiring berkembangnya aliran-aliran dalam Psikologi maka, banyak ahli yang lebih setuju dengan definisi Psikologi sebagai ilmu tentang perilaku dan mental. sedangkan Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya ”bersama” atau ”bicara bersama” . Kemudian dalam bahasa Anglo-Saxon istilah konseling berasal dari sellan yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” . 
Dalam buku Psikologi Konseling dan Teknik Konseling, Abubakar Baraja mengatakan bahwa, “..Psikologi koseling juga dikenal sebagai suatu proses yang terus menerus. Sehingga dapat dikatakan sifat dari psikologi konseling adalah Membantu..”. Proses yang terus menerus ini berarti berangsurnya proses pemulihan problem yang dialami individu ketika individu tersebut secara aktif berpatisasi dalam proses konseling. 
Diambil dari buku Abubakar Baraja dengan judul yang sama. Gustard, seorang ahli dalam bidang Psikologi Konseling mencirikan Psikologi Konseling kedalam 3 kategori :
1.     Peserta; umumnya berjumlah minimal 2 orang (konselor dan Klien), dan bisa juga berkelompok, dengan peranan atau afiliasi profesional khusus (ahli-ahli pada masing-masing bidang).
2.     Tujuan; untuk dapat menyesuaikan diri kearah yang terbaik dan berfungsi meningkat. kemudian dalam hal ini psikologi konseling menekankan.
3.     Hasil belajar; seperti, keterampilan yang ditingkatkan. 

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Psikologi Konseling sebagai sebuah proses pemberian Informasi, sangat membantu individu dalam mencoba alternatif untuk keluar dari problem yang menyertai kehidupan. Sehingga diharapkan problem yang selalu menyertai semua individu dapat diminimalisir.
Menurut buku karangan Sofyan Wills, tujuan konseling yaitu:
1.     Menangkap isu sentral atau pesan utama klien. Konselor harus mampu menangkap isu utama yang menjadi masalah penting klien.
2.     Utamakan tujuan klien. Tanggung jawab utama konselor mendorong klien mengembangkan potensi kekuatan, kemampuan klien mengarahkan nasibnya sendiri, dengan kata lain tujuan klien adalah tujuan konselor itu sendiri.
Diharapkan setelah menjalani konseling, klien dapat:
1.     Effective daily living.
Setelah selesai proses konseling klien harus dapat menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif.
2.     Relationship with other.
Klien mampu menjalani hubungan dengan orang lain di lingkungan keluarga, sekolah atau kantor.

Dalam bukunya Jannete Murad, Gladding mengatakan bahwa konseling terkait dengan:
Keprihatinan pada kesejahteraan, pertumnbuhan pribadi karier dan juga patologi. Dengan perkataan lain berkaitan dengan bidang yang melibatkan hubungan antara manusia.
   Untuk orang-orang yang dianggap masih berfungsi mormal.
   Berdasar teori dan berlangsung secara terstruktur.
   Suatu proses dimana klien belajar bagaimana membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkah laku.
Kemudian Gladding kembali menjabarkan hal-hal yang terkait dengan psikoterapi, yaitu:
   Berhubungan dengan masalah gangguan jiwa yang serius.
    Lebih menekankan pada masa lalu dari pada yang terjadi sekarang.
    Lebih menekankan pada insight dari pada perubahan.
     Terapis menyembunyikan dan tidak memberikan nilai-nilai dan perasaan.
     Hubungan jangka panjang (20-40 sesi)

Konseling adalah suatu profesi, artinya yang dapat melakukan konseling adalahorang mendapat pendidikan untuk melakukan konseling dan melalui proses sertifikasi dan yang mendapatkan lisensi untuk melakukan konseling.

B.     Persamaan dan Perbedaan Konseling dan Terapi

Persamaan :
§  Dasar : teori, metode & data ilmiah yang telah dikaji secara empirik (observasi, wawancara, test, teori2)
§  Teknik2 ilmiah : pembicaraan, latihan2 
§  Aturan : biaya, waktu, tempat, alat2,


Perbedaan

Konseling
Psikoterapi
Kurang  intensif
Lebih intensif
preventif
Kuratif / reapartif
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
Fokus : remedial
Setting : sekolah, industri, social work,
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
Jumlah intervensi kurang
Jumlah intervensi banyak
supportive
rekonstructive
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
Short term
Long term


Referensi:
Wills, Sofyan. 2007.  Konseling & Indifidual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Lesmana, J. Murad. 2006. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UI Press.



PENGERTIAN PSIKOTERAPI


Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
Ciri-ciri dari defenisi mengenai psikoterapi ini, seperti penjelasan dibawah ini:
Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi teraupetik.
Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.
Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan skizofrenia, terapi biologis umumnya memegang peranan utama dalam perawatan. Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok ketiga  adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
Psikoterapi juga memiliki ciri-ciri yang lain. Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah “terapi-terapi bicara”--- bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Dalam interaksi-interaksi itu, terapis yang terampil adalah seorang pendengar yang penuh perhatian. Mendengar dengan penuh perhatian adalah suatu kegiatan yang aktif bukan pasif. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis. Psikoterapi-psikoterapi juga melibatkan kemonukasi-komunikasi nonverbal. Seorang terapis yang terampil, seperti orang pewawancara yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien.
Referensi:
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius