Sabtu, 03 November 2012

Akulturasi dan Relasi Interkultural

Akuturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berlangsung dengan damai dan serasi. Sedangkan Menurut Definisi lain menyatakan bahwa akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
Akulturasi budaya dapat terjadi karena keterbukaan suatu komunitas masyarakat akan mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan kebudayaan komunitas masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya, perubahan kebudayaan yang disebabkan “perkawinan“ dua kebudayaan bisa juga terjadi akibat adanya pemaksaan dari masyarakat asing memasukkan unsur kebudayaan mereka. Akulturasi budaya bisa juga terjadi karena kontak dengan budaya lain, system pendidikan yang maju yang mengajarkan seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan objektif, keinginan untuk maju, sikap mudah menerima hal-hal baru dan toleransi terhadap perubahan.
Sedangkan pengertian Hubungan antar Budaya (relasi interkultural) adalah Peristiwa yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antar budaya local maupun budaya asing contohnya : antar Budaya Jawa-sunda, Sunda Minang, Jawa- Minang, Betawi – Jawa dan lain sebagainnya
Hubungan Tersebut di mungkinkan dikarenakan karena adanya suatu kesatuan / perkelompok manusia yang saling berhubungan dan terjadilah Akulturasi kebudayaan dan Asimilasi budaya dikarenakan adalah :
  1. Manusia mahluk yang Berbudaya karena memiliki akal, nurani dan Kehendak.
  2. Kebudayaan itu berasal dari bahasa sansekerta yang berartikan Budi dan Akal.
Kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa , dan karsa manusia.
  1. Manusia dan kebudayaan merupakan dwi tunggal karena keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, dimana ada sekelompok manusia/suatu organisasi maka di suatu organisasi/kelompok tersebut akan menghasikan kebudayaan masing-masing.
  2. Kebudayaan sangat berguna bagi masyarakat atau manusia untuk melindungi diri terhadap alam mengatur hubungan antara manusia dan sebagai wadah segenap perasaan manusia.
  3. Kebudayaan yang hidup dan berkembang pada suatu suku bangsa di setiap daerah disebut dengan kebudayaan lokal.
  4. Hubungan antar budaya dapat terjadi melalui : difusi dan akulturasi (percampuran antara 2 budaya atau lebih yang dapat menghasilkan budaya yg baru dan tanpa meninggalkan budaya yang lama atau sebelumnya).
  5. Unsur-unsur pokok atau inti inti suatu kebudayaan dapat dijumpai pada setiap kebudayaan di dunia maka itu dapat disebut dengan kebudayaan universal (cultural universal).
 Bentuk-bentuk akulturasi  dan Relasi Interkultural yang terjadi di Indonesia yaitu :
1.     Seni Bangunan
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut.
Contoh :
  1. Candi Singasari adalah salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 – 1268. Dilihat dari candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana). Unsur Indonesia asli adalah Menhir, sedang unsur India Prasasti dan tiang untuk menambatkan binatang kurban.
  2. Lingga dan Yoni (lambang kesuburan). Unsur India adalah Lingga Yoni sedang unsur Indonesia asli adalah Alu dan Lumpang.
 2.   Seni rupa/Seni lukis
Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Budha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudur tampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena tidak  pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di India. Juga relief pada Candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana. Relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang.
3.        Seni sastra
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/ kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh Punakawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng.
 4.   Sistem Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka, di Indonesia yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adala angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Contoh tahun Candra Sangkala adalah “Sirna Ilang Kertaning Bumi” sama dengan 1400 (tahunsaka) dan sama dengan 1478 Masehi. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka ·
5.   Bahasa
 Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta digantikan oleh bahasa Melayu Kunoseperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.


http://dickaerlangga.blogspot.com/2012/03/akulturasi-budaya.html 
http://ubud28.blogspot.com/2011/10/hubungan-antar-budaya.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar